Pengabdian Terakhir Nasrul Abit sebagai Kepala Daerah


 


Penyeleksian Kepala Wilayah serta Wakil Kepala Wilayah (Pemilihan kepala daerah) Sumatera Barat (Sumbar) 2020 adalah pemilihan kepala daerah paling akhir untuk Nasrul Abit. Bila dipilih jadi gubernur, dia tidak turut pemilihan kepala daerah seterusnya. Ada banyak fakta yang mengakibatkan Nasrul Abit hentikan jalannya di Pemilihan kepala daerah Sumbar kesempatan ini.

Peningkatan Signifikan Jumlah Penjudi Togel

Pertama kali, Nasrul Abit pengin memberi peluang ke angkatan muda untuk pimpin propinsi ini. Angkatan muda yang dia tujuan adalah kepala wilayah yang berumur muda, seperti Bupati Dharmasraya, Sutan Riska, serta Wali Kota Padang Panjang, Fadli Amran. Jadi, calon pimpinan muda yang dia tujuan itu bukan sebatas politisi muda, tetapi anak muda yang melalui profesi jadi kepala wilayah, bukan anak muda yang mendadak ada jadi calon gubernur tiada reputasi pimpin wilayah.


Ke-2 , unsur umur. Sekarang ini Nasrul Abit berumur 65 tahun. Bila dipilih jadi Gubernur Sumbar di pemilihan kepala daerah kesempatan ini, Nasrul Abit berumur 70 tahun 5 tahun lagi. Untuk Nasrul Abit, umur 70 tahun begitu uzur menjadi kepala wilayah, yang urusannya tentu banyak. Majunya dia ke pemilihan kepala daerah kesempatan ini juga sebetulnya cuman untuk mengakhiri beberapa program kerjanya yang belum usai dalam 5 tahun periode kepemimpinan mengikuti Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno.


Ke-3 , unsur profesi. Nasrul Abit pengin tutup profesinya jadi pimpinan wilayah dengan jadi gubernur. Dia sudah melalui profesi jadi pimpinan wilayah dari bawah, yaitu jadi Wakil Bupati Pesisir Selatan (2000---2005), Bupati Pesisir Selatan (2005---2015), serta Wakil Gubernur Sumbar (2015---2020). Dia adalah salah satu calon gubernur di Indonesia yang meniti profesi dari bawah semacam itu. Berarti, dia bukan calon gubernur karbitan, yang turut pemilihan kepala daerah sebab keinginan pengin berkuasa, walau sebenarnya belum punyai pengalaman jadi kepala wilayah.


Ke-4, pengin habiskan periode tua dengan keluarga. Sepanjang memipin wilayah 20 tahun akhir ini (15 tahun di Pesisir Selatan serta 5 tahun di Sumbar), Nasrul Abit mempertaruhkan waktunya untuk bersama-sama keluarganya, yaitu istri, anak, menantu, serta cucunya. Tentunya dia punyai waktu bersama-sama keluarga, tapi saat itu cuman sedikit sebab waktunya semakin banyak habis untuk kepentingan kerja pimpin wilayah.


Bila dia menang Pemilihan kepala daerah Sumbar 2020, telah 25 tahun waktunya habis untuk kerja serta berbakti untuk wilayah. Sepanjang itu juga waktunya terbatas untuk keluarganya sebab dari pagi sampai malam dia repot kerja. Karenanya, dia berasa cukup jadi kepala wilayah, serta pengin habiskan periode tua dengan keluarga terkasih.


Itu kenapa Pemilihan kepala daerah Sumbar 2020 adalah pemilihan kepala daerah paling akhir untuk Nasrul Abit. Dia pengin berbakti jadi kepala wilayah untuk Sumbar untuk terakhirnya. Dia pengin menyelesaikan kerjanya yang sisa sepanjang memegang jadi wagub.


Orang yang berbakti untuk terakhirnya tentunya tidak tinggalkan tapak yang jelek. Begitu halnya Nasrul Abit. Dia pengin tinggalkan tapak yang baik untuk tutup profesinya jadi pimpinan wilayah. Dia pasti pengin diingat jadi gubernur yang mempunyai performa yang bagus, yang semoga jadi standard untuk gubernur seterusnya.


Tidak majunya Nasrul Abit ke pemilihan kepala daerah seterusnya bila dipilih jadi Gubernur Sumbar 2021---2026 bukan hal umum. Umumnya orang yang memegang jadi gubernur 1 masa tentu mencalonkan diri lagi jadi calon gubernur untuk masa seterusnya karena petahana mempunyai kesempatan yang besar untuk menang pada pemilihan kepala daerah. Namun, tidak begitu dengan Nasrul Abit. Dia telah janji jadi gubernur cuman sepanjang 1 masa.


Postingan populer dari blog ini

JAKARTA - Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Netty Prasetiyani Aher minta proses peningkatan calon vaksin Covid-19 di Indonesia dilaksanakan dengan cara jujur serta terbuka. Menurut Anggota Komisi IX DPR RI ini, konsep jujur serta terbuka itu penting. "Bila bicara tentang obat atau vaksin Covid-19, karena itu yang penting diingat ialah konsep jujur serta terbuka. Apa itu tentang efisiensinya, perubahan virusnya atau yang lain. Ini harus jujur serta terbuka dikatakan, sebab benar-benar dinanti-nantikan warga," kata Netty dalam info tercatatnya pada SINDOnews, Jumat (4/9/2020). Diketahui, pada Rapat Dengar Opini dengan Komisi IX DPR RI, PT Bio Farma sampaikan keperluan 340 juta jumlah vaksin untuk capai tingkat kebal dari epidemi COVID-19 di Indonesia. Bio Farma menerangkan pola periode pendek yang disediakan sekarang ini ialah lakukan uji medis babak tiga yang direncanakan mulai pada 20 Agustus sampai akhir Januari 2021. (Simak juga: BPOM Klaim Banyak Faktor Positif dalam Vaksin COVID-19 asal UEA) Netty memiliki pendapat, meskipun uji medis telah dilaksanakan, persoalan vaksin tidak dengan cara automatis langsung usai. "Apa vaksin ini efisien untuk menantang virus, bagaimana aksesibilitas serta keterjangkauan buat seluruh pihak? Perlu jadi perhatian proses distribusinya di lapangan; Apa dapat penuhi keperluan 267 juta rakyat Indonesia? Lalu siapa yang bertambah dulu harus diberi? Apa orang yang prospek menebarkan virus, pemegang kekuasaan atau siapa? Ini harus dipikir," tuturnya. Disamping itu, ia minta supaya calon vaksin bikinan dalam negeri 'merah putih' yang sedang ditingkatkan harus terus dibantu. "Janganlah sampai hadirnya vaksin asal China membuat peningkatan vaksin merah putih berhenti," kata istri bekas Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan ini. Selanjutnya, Netty minta supaya mekanisme standard peningkatan obat harus dipatuhi. "Obat apa saja yang ditingkatkan harus ikuti mekanisme yang berlaku. BPOM harus ikuti ketentuan main supaya tidak ada subjektivitas, perselisihan kebutuhan, permainan project ditambah lagi kerja di bawah desakan sebab ada interferensi dari faksi lain," tuturnya. Ia memperingatkan supaya kemandirian industri kesehatan dalam negeri selekasnya dilaksanakan. Menurutnya, Epidemi COVID-19 jadi tanda-tanda rapuhnya kemandirian industri kesehatan nasional. "Epidemi Ini ialah ujian nasionalisme buat kita. Pertanyaannya saat ini ialah sampai kapan kita terus tergantung pada negara lain dalam soal penyediaan obat, alkes serta vaksin," tuturnya.

Ibas Ingatkan Target Bantuan Presiden agar Rakyat Tidak Tambah Susah

Funding for the work came from the Academy of Finland and the Kone Foundation, and the BBVA